TUGAS REVIEW 2 (The Tale of The Skull An Islamic Description of Hell In Javanese)
Nama :
Dadan Adi Kurniawan
NIM :
13/354090/PSA/7575
MK :
Historiografi
Pengampu : Dr. Sri Margana
The Tale of The Skull
An Islamic Description of Hell In Javanese
Secara
umum tulisan Clara Brakel-Papenhuyzen ini merupakan sebuah artikel yang sarat akan nilai dan makna. Hal ini
ditunjukkan utamanya di dalam isi Serat
Centhini dan Serat Pathak. Secara
lebih rinci dalam tulisan ini juga menceritakan bahwa tidak hanya dari dua serat itu tadi melainkan juga dari
beberapa sumber referensi seperti Syair
Neraka, Syair Azab dalam Neraka, Syair Kanak-kanak, Syair Alif-ba-ta, Kitab
Mamahi dan beberapa lainnya. Namun pada intinya terdapat korelasi atau
hubungan satu sama lain dari semua sumber tersebut. Tulisan ini merupakan hasil
analisis kembali atas data-data yang telah ada sebelumnya.
Di lihat
dari segi values (nilai-nilai),
tulisan Clara-Papenhuyzen ini sarat akan nilai dan makna baik yang tersirat
maupun yang tersurat. Terdapat banyak pesan (message) yang coba ingin disampaikan kembali oleh penulis lewat
tulisannya ini. Hal ini bisa di lihat dalam berbagai tembang yang terdapat baik
dalam Serat Centhini maupun Serat Pathak.
Misalnya saja tembang Maskumambang,Megatruh
dan Pucung yang terdapat dalam isi
Serat Centhini dan tembang Dhandhanggendis
maupun Asmarandana yang terdapat
dalam isi Serat Pathak. Baik tembang-tembang yang terdapat di dalam Serat
Chentini dan Serat Pathak memiliki kemiripan, dan tampaknya sengaja diciptakan
dengan maksud dan tujuan yang sama oleh penulisnya pada waktu itu. Secara
nilai, tulisan ini ingin menyampaikan pesan-pesan secara normatif, antara
perilaku baik-buruk seorang manusia yang nantinya akan mendapatkan balasan di
neraka. Bahwa orang-orang yang berperilaku baik akan menempati surga yaitu
sebuah tempat dimana manusia bisa merasakan kebahagiaan yang kekal dan
sebaliknya bagi manusia yang berperilaku buruk akan menempati neraka. Dalam
tembang-tembang Jawa di dalam tulisan ini disebutkan bagi mereka yang akan
menempati neraka dengan sebutan orang-orang kafir.
Dengan demikian tulisan ini sebenarnya juga ingin mengingatkan bahwa manusia
hendaknya lekas bertobat (eling marang
Gusti) dan diharap untuk rajin beribadah (tememen anggone ngibadhah). Tulisan ini juga menunjukkan bahwa
dalam manusia akan hidup dalam dua dunia yaitu kehidupan di alam dunia seperti
sekarang dan alam akhir (akhirat) yang kekal. Selain itu penulis juga ingin
menyampaikan bahwa dalam serat-serat, tembang-tembang, maupun syair-syair yang
dihasilkan oleh kebudayaan Jawa ini menunjukkan akan adanya Tuhan (Pangeran atau Gusti Rohullah Ingkang Maha Agung ) dan Nabi (Jeng Nabi). Dengan demikian
sangat jelas bahwa Clara-Papenhuyzen sadar betul akan nilai yang ingin
disampaikan lewat tulisannya ini. Nilai-nilai urgensi yang menyangkut perbaikan
akhlak manusia supaya bisa hidup secara bijak (life to be wise).
Di lihat dari segi moral judgement, tulisan ini mencoba berada dalam titik netral.
Artinya bahwa penulis mencoba menyampaikan antara pilihan-pilihan hidup yang
ditawarkan lewat serat-serat yang dahulu pernah ditulis oleh para pujangga
keraton, bahwa manusia dihadapkan pada dua pilihan yaitu ingin hidup di jalan
yang benar atau di jalan yang salah. Penulis mencoba membongkar pesan yang ada
dalam serat , tembang, mamupun syair bahwa pilihan-pilihan tersebut tidak
memaksakan. Manusia bebas memilih atas dasar konsekuensi yang akan diterima
kelak di hari akhir. Penulis juga tidak hanya mengambil dari satu sudut pandang
atau aliran saja. Terdapat setidaknya tiga sudut pandang yaitu dari Islam,
Kristen dan Budha sebagai suatu agama yang mengajarkan bagaimana hidup semestinya
dan akan memperoleh kebahagiaan yang hakiki. Bagaimana agama-agama (agami) tersebut sama-sama memiliki Tuhan
dan wakilnya (nabi) dalam menuntun moral kehidupan manusia.
Di lihat
dari segi norma konkrit, tulisan
karya Clara-Papenhuyzen ini telah memperhatikan norma-norma yang berkembang di
masyarakat Indonesia (khususnya Jawa ). Bagaimana penulis mencoba untuk
mengangkat suatu tema yang berkaitan erat akan moral hidup manusia, bagaimana
caranya dan apa akibat atau yang akan diperoleh dari cara manusia
menjalankkannya semasa hidup di dunia itu sendiri. Secara realistis, penulis
telah menyampaikan berbagai aturan hidup yang harus diperhatikan manusia dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Diantaranya ada norma keTuhanan,kesusilaan,
kesopanan, dan norma hukum yang harus
diperhatikan manusia. Hal itu diceritakan penulis berdasarkan atas
sumber-sumber yang penulis gunakan yaitu berupa serat-serat, hikayat-hikayat,
syair-syair, buku-buku dan lain sebagainya. Semua dikomparasikan dan menemukan
sebuah titik temu yang kemudian disampaikan lewat tulisannya ini.
Secara teori dan metode, tulisan ini telah
menggunakan beberapa teori dan metode dalam penulisannya. Metode yang digunakan
adalah metode komparasi (comparation of
methods). Penulis mencoba mencari berbagai tulisan yang berkaitan dengan
tema yaitu Jawa, baik di museum, diperpustakaan, di keraton dan beberapa tokoh
yang bisa memberikan data yang kredibel. Penulis mengambil beberapa sumber
utama yaitu Serat Centhini dan Serat Pathak. Kedua sumber ini memiliki banyak
kemiripan disamping juga banyak perbedaan dalam hal tema. Penulis menyebutkan
bahwa sumber di Jawa lebih luas cakupannya dari pada di sumber dari Sunda dan
Aceh yang dinilai oleh sejarawan lain lebih tua. Sumber-sumber yang berkaitan
dengan budaya Jawa sangat mudah ditemukan. Di arsip-arsip non-lokal telah
banyak ditemukan bahkan di luar negeri juga sudah banyak ditemukan. Hal itu
disebabkan oleh faktor historis bahwa sumber-sumber tulisan yang dihasilkan
oleh pujangga-pujangga keraton Yogyakarta dahulu pernah dirampas oleh koloni
dan diangkut ke luar negeri. Dengan bertolak dari hal itu tidak heran jika
data-data tentang keraton Jawa sudah banyak dipelajari oleh orang luar. Sumber
referensi tentang Jawa terdapat di banyak perpustakaan di luar negeri terutama
di Belanda dan Inggris. Misalnya saja Serat Centhini, serat ini telah dengaja
ditulis pada masa Susuhunan Paku Buwana V yang merupakan raja dari keraton Kasunanan
Surakarta oleh pujangganya pada waktu itu karena terjadi peristiwa permpokan
sumber perpustakaan di keraton Kasultanan Yogyakarta oleh Thomas Raffles yang
kemudian semua hasil tulisan di perpustakaan keraton Yogyakarta dibawa ke luar
negeri. Serat Chenti merupakan representasi atas peristiwa tersebut supaya
masyarakatnya tidak kehilangan jati diri. Tidak hanya Serat Centhini, ada juga
Serat Pathak atau Surat Kabar Neraka. Ke dua sumber tersebut ditulis sekitar
abad 18-19. Ada banyak pembahasan dalam serat-serat
tersebut salah satunya adalah tentang Islam.
Di
lihat dari segi eksplanatory, tulisan
ini mencoba menyuguhkan suatu hasill analisis yang cukup komprehensip. Ada
pendahuluan dan latar belakang mengapa tema ini ditulis, kemudian ada analisis
mengenai dua sumber utama yaitu Serat Centhini dan Serat Pathak, kemudian di
bagian akhir ada kesimpulan tulisan. Data-data
yang penulis temukan baik dari sumber luar negeri seperti di Leiden
Belanda, Florida, Inggris, Malaysia, dan sumber lokal seperti di Aceh, Sunda, Jakarta
dan Surakarta sendiri digunakan sebagai bahan analisis yang menghasilkan
fakta-fakta. Fakta-fakta tersebut kemudian penulis menginterpretasikan
sedemikian rupa untuk menghasilkan tulisan yang berjudul “The Tale of The Skull
An Islamic Description of Hell In Javanese” ini. Tulisan ini tidak menunjukkan kolonisentris ataupun istanasentris. Namun penulis mencoba
membuat historiografi secara holistik berdasarkan atas fakta-fakta yang
didapat. Penulis mencoba memposisikan diri dipihak paling netral (obyektif).
Namun perlu ditekankan bahwa bagaimanapun tulisan ini adalah hasil interpretasi
seorang penulis sehingga secara otomatis historiografi ini ini juga subyektif.
Hanya saja kesubyektifan seorang penulis itulah yang tidak begitu kental dalam
tulisan ini, namun tetap ada.
Secara
principle organization, tulisan karya
Clara-Papenhuyzen ini telah mengkaidahkah aturan-aturan yang berlaku. Bagaimana
penulisan yang runtut, terdapat footnote
yang lengkap, daftar pustaka merupakan suatu ciri khusus yang menunjukkan bahwa
tulisan ini memiliki kualitas yang baik secara kaidah penulisan. Bagaimana
penulis menjelaskan mengenai berbagai asumsi-asumsi dasar di awal, kemudian
menganalisisnya dan menghasilkan kesimpulan di bagian akhir. Secara orientasi,
sebenarnya hal itu telah ada dalam analisis bagian depan tadi yang menyangkut
nilai. Bagaimana penulis ingin menyampaikan pesan-pesan lewat hasil analisisnya
mengenai isi serat-serat yang telah
diteliti. Penulis menunjukkan suatu orientasi jauh ke depan mengenai masalah
kehidupan, terutama mengenai bagaimana menyikapi hidup dengan bijak supaya
tercapai kehidupan yang bahagia secara hakiki.
Post a Comment