Header Ads

PERILAKU NASIONALISTIK MASA KINI DAN KETAHANAN NASIONAL


Nation and Nationalisme
Review oleh Aan Budianto

Buku ini merupakan kumpulan opini dari berbagai pihak dengan berbagai latar belakang yang mempunyai gagasan mengenai tema nasionalistik. Terdapat 57 penulis yang memberikan opininya berupa gagasan nasionalisme kekinian. Tebal buku mencapai 290 halaman. Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, DEA, selaku Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia menulis pengantar untuk buku ini sebagai pijakan dan gambaran mengenai tema keseluruhan buku.

Nasionalistik dimaknai sebagai having strong patriotic feelings, especially a belief in the superiority of one’s own country over others (Oxford Dictionary). Melihat dari pengertian tersebut jelas sekali bahwa nasionalistik atau nasionalisme merupakan perasaan patriotic yang dalam, khususnya kepercayaan pada kemampuan negara diatas lainnya. Hal ini berarti ada unsur kemandirian, bela negara serta tidak menjadi budak asing. Namun disini Budi Sosilo Soepandji mengakui bahwa diberbagai kalangan terjadi perdebatan mengenai makna nasionalistik, terutama dikalangan generasi muda yang diragukan nasinalismenya.

Terdapat 57 opini yang dikategorikan kedalam enam tema besar. Yang pertama berisi tentang perilaku sehari-hari yang dilakukan siapapun dan kapanpun sebagai bentuk nyata dari perilaku nasionalitik dalam rangka ketahanan nasional. Bagian ini merupakan refleksi nasionalisme dikehidupan nyata berupa tindakan-tindakan yang mempunyai nilai-nilai bela negara. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan pancasila sebagai dasar negara. Oleh karena itu di bagian kedua dalam buku ini opini-opini banyak yang mengajak untuk kembali ke Pancasila sebagai perekat bangsa guna meningkatkan nasionalisme.

Hal yang tak kalah penting adalah peran para pemimpin dan mereka yang berada dijabatan strategis dalam struktur negara. Mereka harus bisa menjadi contoh teladan dalam implementasi nasionalisme sehingga bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda. Jika para pemimpin tidak menunjukan rasa dan bentuk nasionalistik, itu akan berpengaruh pada pandangan masyarakat umum serta kepercayaan mengenai struktur negara. Sehingga bisa membuat masyarakatmenjadi apatis dan tak memperdulikan negara. Disini rasa bela negara akan memudar sehingga rasa nasionalisme pun akan terkikis. Di bagian tiga bahasan tentang peran pemimpin tersebut banyak diisi oleh opini-opini yang menarik dari para penulis.

Pada bagian empat, opini-opini mengenai peran pendidikan banyak dimunculkan oleh para penulis. Hal ini mengingat pendidikan sebagai media pewarisan nilai-nilai nasionalisme dan sebagai penggembleng generasi muda untuk mencintai bangsanya sehingga akan memunculkan rasa dan sikap nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari.

Individu-individu yang punya status sosial dalam masyarakat, baik sipil maupun militer juga menjadi kajian yang penting. Terutama karena setiap individu adalah organ terkecil negara. Yang kemudian menjadi tantangan adalah setiap individu mempunyai peluang yang sama untuk menunjukan rasa nasionalisme pada bangsa. Hal ini bisa berupa hal-hal kecil yang sesuai dengan dasar dan cita-cita negara berupa kedisiplinan dan ketaatan hidup bernegara  yang berujung pada rasa bela negar. Dibagian ke lima hal ini banyak dimunculkan mengenai peran indivisu tersebut.

Dibagian ke enam sebagai bab penutup, opini-opini yang ditulis tergolong pada tema yang heterogen dan komprehensip mengenai tema-tema nasionalisme. Melihat beragamnya tulisan-tulisan para tokoh dengan latar belakang ini semakin menunjukan bahwa setiap orang bisa menerjemahkan nasionalisme itu sesuai background mereka, namun yang harus menjadi catatan adalah nasionalisme yang mereka terjemahkan dalam rangakain kata-kata tetap mempunyai nilai rasa cinta tanah air dan bela negara.

Bagaimana dengan nasionalisme kita?

#review #buku

No comments

Powered by Blogger.