Header Ads

BANDITRY IN ISLAM : Gerakan Islam sebagai Gerakan Sosial

Islam sebagai sebuah agama yang mengajarkan akan persamaan Hak bagi Manusia sangat menentang adanya sistem perbudakan, peraturan sosial yang tidak adil, serta diskriminasi-diskriminasi dalam bentuk lainnya. Islam yang menyebar di berbagai belahan dunia menjadi sebuah Ideologi yang kuat bagi para pemeluknya. Segala macam tindakan yang sifatnya meng-intimidasi para pemeluknya jelas akan mendapat sebuah perlawanan yang kuat dengan berbagai macam bentuk. Kasus-kasus di dunia modern seperti munculnya gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, Taliban di Afganistan, gerakan Kasmir Pakistan, atau gerakan Osama bin laden dengan Al Qaeda-nya serta gerakan-gerakan yang muncul dalam Dunia Islam lain semuanya merupakan sebuah gerakan sosial yang ada pada realitas kehidupan kita yang sangat menarik untuk dikaji dengan disiplin ilmu pengetahuan. Bagaimana teori gerakan sosial dapat digunakan untuk menjawab banyak pertanyaan tentang mobilisasi perseteruan dalam memperjuangkan kepentingan Islam menjadikanya sebuah langkah yang menarik.

Salah satu gerakan yang muncul adalah perbanditan. Gerakan yang muncul ini adalah bukan sebuah gerakan perbanditan yang konvensional. Perbanditan yang dimaksud adalah perbanditan sosial. Walaupun sering ditafsirkan oleh kekuasaan sebagai penjahat, tetapi gerakan ini mendapat dukungan yang kuat dari masyarakatnya. David Hart pada April 1978 saat berkunjung ke Maroko dan tak lama setelah itu melakukan kunjungan lapangan lima bulan di Pakistan dan Afghanistan menemukan sumber-sumber mengenai gerakan perbanditan dalam Islam. Dimana perbanditan itu sendiri biasanya muncul di kalangan kaum petani atau rakyat jelata, akan tetapi di dalam kasus ini yang ditemukan di dalam negara-negara Islam, terdapat ciri khas yang berbeda dengan gerakan perbanditan yang selama ini ada. Munculnya resistensi di beberapa wilayah ini terjadi dimasa kolonialisme yang merupakan sebuah keadaan baru bagi mereka, karena pada prakolonial, mereka merupakan bagian integral dari kekuasaan kekhalifahan Islam

Bentuk resistensi dalam Islam 
Masuknya kekuatan baru dari Perancis ke Maroko dan Aljazair dan Inggris ke Afganistan membawa perubahan besar pada pola kehidupan masyarakat. Budaya-budaya dan sistem-sistem baru yang diterapkan oleh para kolonialis sangat bertentangan dan tidak relevan dengan kultur kehidupan masyarakat.  Kehidupan orang Berber di Maroko dan Aljazair dan orang-orang Pukhtun di Afganistan yang sangat kental dengan corak Islam sangat tidak sesuai dengan cara pemerintahan yang dibawa oleh orang-orang barat. Kekalahan penguasan sebelumnya yang menyerah pada kolonialis barat harus ditebus dengan penderitaan rakyat untuk mematuhi segala macam bentuk kebijakan yang diterapkan oleh orang Barat.

Bentuk gerakan yang dilakukan oleh bandit-bandit Islam ini menurut David Hart persis seperti gerakan sosial yang dilakukan oleh Robin Hood di Inggris. Kaum bandit di ke tiga negara Islam ini muncul sebagai respon penderitaan rakyat yang mengalami kehancuran ekonomi karena masuknya orang-orang Eropa yang merampas tanah dan lahan strategis lainnya. Khusus di bumi Afganistan, salah satu tokoh dari sebuah gerakan adalah Sayid Jamaludin al-Afghani. Ia bersama-sama pendukung-pendukungnya menantang arus kencang serbuan idiologi yang dilakukan oleh penjajah Barat dan kaki tanganya di  dunia islam.

Bandit dan Kekuatan PolitikUntuk mengembangkan aksinya, di tahun 1870 Sayid Jamaludin al-Afghani pindah ke turki dan selanjutnya pindah ke Mesir. Selama di Mesir Afghani mengajukan konsep-konsep pembaharuan, antara lain:
1.     Musuh utama adalah penjajahan (Barat), hal ini tidak lain dari lanjutan perang salib.
2.     Umat Islam harus menentang penjajahan di mana dan kapan saja.
3.     Untuk mencapai tujuan itu umat Islam harus bersatu (Pan-Islamisme)

Ketidak relevanan Paradigma Hobsbawn.

Bandit menurut hobsown merupakan gerakan yang sifatnya reformis, artinya hanya menuntut dipenuhinya hak-hak para penuntut dan tidak diganggunya hak milik, akan tetapi dalam realitanya menurut David Hart bahwa perbanditan dalam Islam merupakan sebuah bentuk revolusionis, dimana ideologi sangat berpengaruh dalam gerakannya yang menginginkan perubahan secara menyeluruh/ total movement. Ideologi Islam sebagai sebuah agama sangat melekat dalam semangat resistensi mereka, terlebih yang mereka lawan adalah kaum kolonialis barat, yang bagi mereka adalah musuh abadi yang merupakan kelanjutan dalam perang Salib. Tidak heran jika muncul semangat dalam gerakan mereka berupa konsep war is jihad (Perang adalah jihad).

Bandit dan resistensi anti kolonial. 
Pada akhirnya, gerakan-gerakan resistensi yang dilakukan oleh bandit-bandit Islam merupakan sebuah gerakan yang sadar akan posisi mereka sebagai sebuah negara kolonisasi. Usaha-usaha mereka bukan sekedar melawan untuk mendapatkan penghidupan ekonomi, tapi lebih pada mengusir orang-orang Eropa dari tanah air mereka. Semangat Pan Islamis yang di kobarkan pun menjadi sebuah api penyemangat untuk membakar militansi bandit-bandit Islam untuk melakukan aksinya.  War is jihad pun jadi bentuk yang unik dari sebuah gerakan yang muncul dalam perbanditan di Islam sehingga pendekatan gerakan sosial bisa menjelaskan bagaimana Perbanditan dalam Islam berkembang hingga sekarang dalam dunia negara-negara Islam.

Artikel diambil dari tugas Aan Budianto pada mata kuliah Sejarah Gerakan Sosial Politik pada Jurusan S2 Ilmu Sejarah UGM yang diampu oleh Prof. Dr. Soehartono

Review Buku
Case Study from David Hart
Oleh: Aan Budianto 
 

No comments

Powered by Blogger.