SEJARAH DEKONSTRUKSI OLEH ALUN MUNSLOW
Postmoderisme
telah mengubah sebagaimana yang telah kami pelajari. Pada dekontruksi sejarah,
Alun Munslow seorang guru besar sejarah dari universitas Staffordshire, menguji
sejarah pada masa post modernisme. Dia memberikan pendahuluan untuk debat dan
isu dari sejarah post moderenisme. Dekontruksi sejarah telah menjadi perbincangan
yang kontroversi di kalangan sejarawan.
Buku
ini berisikan tentang isu yang berkembang pada masa postmoderisme dikalangan
sejarawan. Isu tersebut yaitu tentang dekonstruksi sejarah. Ada empat
kunci disini, yaitu pertanyaan tentang epistimologi, fakta, teori sosial, dan naratif. Sejarawan dekonstuksi meragukan apa yang apa yang benar terjadi pada masa lampau. Akan tetapi, ini bukanlah anti sejarah, ini hanya sebagai kritikan saja buat sejarawan.
kunci disini, yaitu pertanyaan tentang epistimologi, fakta, teori sosial, dan naratif. Sejarawan dekonstuksi meragukan apa yang apa yang benar terjadi pada masa lampau. Akan tetapi, ini bukanlah anti sejarah, ini hanya sebagai kritikan saja buat sejarawan.
Ada empat pembahasan yang
dibahas pada buku yang berjudul Decontructing
history oleh Alun Munslow ini. Pembahasannya antara lain tentang epistimologi,
fakta-fakta, teori sosial dan naratif. Epistomologi atau Teori
Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan,
pengandaian-pengandaian dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan
mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut
diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode,
di antaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode
kontemplatis dan metode dialektis. Di sini banyak di luar kalangan sejarawan bahkan
sejarawan itu sendiri mengangap sejarah itu tidak epistimologi.
Suatu
penulisan sejarah tidak lepas dari naratif, begitu juga dengan dekonstruksi
sejarah. Sekarang yang menjadi tanda tanya, apa itu naratif ? naratif adalah isi
atau penjelasan sejarah. Naratif biasanya berisi tentang tempat dan peristiwa yang terjadi. Naratif di dalam
sejarah tidak hanya bercerita saja, melainkan juga dengan suatu analisis yang
mendalam. Hasil yang dinaratifkan tidak seluruhnya objektif, bahkan bisa
dibilang subjektif. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan tidak ada yang
objektif pada penjelasan sejarah, yang objektif dari sejarah itu adalah
peristiwa yang terjadi pada saat itu saja. Naratif di dalam sejarah sudah
mengalami penambahan dan pengurangan, sesuai dengan analisis dari sejarawan itu
sendiri.
Apa
bahan dari baku
dari penulisan sejarah tersebut? Tentunya bahan dasar untuk menulis sejarah
adalah fakta. Tanpa fakta, sejarawan tidak mampu meneliti dan menulis sejarah. Fakta sejarah bersumber dari
sumber-sumber sejarah. Sumber-sumber sejarah bisa berupa dokumen-dokumen
sejarah, arsip dan sebagainya. Wawancara atau sejarah lisan pun bisa dijadikan sebagai sumber sejarah.
Sumber-sumber sejarah tersebut tidak semerta-merta diterima begitu saja. Oleh
karena itu diperlukan kritik, baik ekstern maupun intern. Kritik tersebut
digunakan oleh sejarawan untuk menguji otentisitas dan kredibelitas sumber
sejarah sejarah tersebut.
Ilmu
sejarah itu tidak berdiri sendiri. Ilmu sejarah memerlukan ilmu-ilmu sosial
lain. Ilmu sejarah menggunakan ilmu sosial utuk melakukan pendekatan, contohnya
ilmu sejarah dengan ilmu sosiologi. Pendekatan-pendekatan ilmu-ilmu social ini
diperlukan ilmu sejarah untuk mengokohkan konsep. Biasanya penulisan sejarah
menggunakan teori-teori sosial untuk menyokong penulisan sejarah.
Pendekatan-pendekatan ilmu sejarah dengan teori-teori sosial dinamakan multidimensial approach.
Jadi,
suatu rekonstruksi sejarah bisa dikatakan sudah teruji, sama halnya dengan
ilmu-ilmu pengetahuan lain. Meskipun ilmu sejarah itu cenderung subjektif,
tetapi dengan didukung oleh fakta-fakta yang sudah dikritik dan
pendekatan-pendekatan dengan ilmu sosial lain, bisa dikatakan ilmu sejarah itu
sama dengan ilmu pengetahuan lain yang telah teruji.
Post a Comment