Header Ads

Essay Beberapa Catatan Mengenai Penulisan Sejarah Makassar Bugis Oleh A.A Cense, Oleh Aan Budianto

13/353143/PSA/07515. Menurut Cense, naskah-naskah di Sulawesi bagian Selatan terdiri dari karangan yang sebagian isinya disusun dari cerita-cerita dan catatan sejarah. Terutama tentang keturunan raja-raja, kepala suku,pemangku jabatan, maupun orang-orang yang mempunyai hubungan dengan tokoh-tokoh tersebut. Tulisan-tulisan atau catatan harian itu biasanya disebut Lontara , sebuah istilah penyebutan dari asing untuk menyebut manuskrip yang ditulis diatas daun lontar.

Untuk mempermudah dalam analisis mengenai manuskrip yang ada di Sulawesi Selatan, Cense mencoba membagi sumber-sumber tentang bahan-bahan sejarah di Sulawesi Selatan. Bahan-bahan sumber yang ada menurutnya dapat dibagi yaitu, Surat Menyurat, Teks-teks Perjanjian, Catatan-catatan mengenai Hukum Adat dan surat menyurat.

Kebudayaan Makassar Bugis yang bertahan sangat lama dan sangat membantu menjadi sumber dalam penulisan sejarah adalah kebiasaan menulis buku-buku harian dengan penanggalan masehi, campuran masehi hijriyah, serta penanggalan menggunakan nama bulan kedalam bahasa portugis. Di buku-buku harian itu banyak mencatat mengenai urusan-urusan negara, usaha-penting perjalanan, peperangan, perjanjian politik, peristiwa dilingkungan kerajaan, serta berita-berita dari luar kerajaan yang semuanya masuk kedalam catatan-catatan harian. Catatan-catatan harian ini bukan saja berasal dari orang-orang dikerajan, tapi juga orang-orang yang diangggap kurang penting seperti diluar kerajaan yang menceritakan kehidupan pribadinya, dengan catatan tersebut menurut Cese kita bisa mengetahui kehidupan masyarakat di sulawesi Selatan. Selain itu di Catatan harian banyak ditemukan tuladang,  yaitu salinan surat menyurat  yang dibuat salinannya dan ditulis di lembaran catatan-catatan harian yang masih kosong.

Selain catatan-catatan harian, teks-teks perjanjian politik sangat banyak ditemui di Sulawesi Selatan. Isinya berisi mengenai perjanjian dengan daerah takhlukan, sidang-sidang, perundingan serta lain sebagainya. Seperti teks perjanjian dari Raja Goa dengan daerah taklukan pada abad 16 dan 17. Naskah-naskah perjanjian ini umumnya disimpan oleh patih kerajaan.

Adanya perluasan wilayah keraajaan biasanya banyak dari masyarakatnya yang bermigrasi kedaerah lain sehingga sulit untuk mengontrol kehidupan sosialnya, maka di Sulawesi Selatan, seperti di Kerajaan Goa dibuat sebuah hukum adat yang mengatur orang-orang yang berada di wilayah yang cukup jauh sehingga kontrol sosial politik masih bisa terjaga. Menurut Cense ini menjadi sumber yang sangat berharga bagi sejarah walaupun banyak banyak yang menganggap ini tidak termasuk sebagai pustaka sejarah.

Yang menjadi sebuah pemahaman penting dari apa yang telah diungkapkan oleh Cense adalah adanya penulisan-penulisan catatan di Sulawesi Selatan adalah ketika pada 1575 di Goa ditunjuk seorang juru tulis resmi yang disebut Palontara. Tujuan penunjukan ini untuk menulis segala macam catatan-catatan diatas. Selain itu juga palontara ini bertugas menyusun sejarah raja-raja sebelumnya yang ditakutkan akan banyak dilupakan oleh para penerus kerajaan. Sehingga penulisan sejarah ini mengenai leluhurnya bisa menjaga legitimasi kekuasaan raja-raja penerusnya.


Catatan terpenting dari pengangkatan seorang palontara oleh kerajaan yang mempunyai tugas juru tulis ini adalah karena pada masa itu Portugis mulai masuk dikawasan Sulawesi Selatan dan Maluku. Masuknya orang asing yang bukan hanya membawa urusan politik dagang tapi juga membawa budayanya, ditakutkan akan menggerus budaya lokal sehingga sejarah mengenai leluhur dan sejarah kerajaan akan terlupakan jika tidak ada penulisan catatan-catatan harian maupun perjanjian. Terlebih portugis pada 1575 membangun benteng di Ambon sebagai pos wilayah kekuasaan disekitar Suawesi Selatan dan Maluku. Jelas ini akan mengusik kehidupan kerajaan di wilayah Sulawesi Selatan sehingga budaya penulisan itu dikembangkan dalam rangka menjaga eksistensi negara serta legitimasi kekuasaan di kerajaan Sulawesi Selatan.

No comments

Powered by Blogger.