Samud, Naskah, Konversi dan Kosmopolis Arab di Asia Selatan dan Tenggara oleh Eka Ningtyas (13/352418/PSA/7493)
Ronit Ricci
dalam karyanya Islam Transleted
Literature, Conversion and the Arabic Cosmopolis of South and Southeast Asia mengatakan
bahwa kita harus memperhatikan aspek-aspek dalam transmisi budaya dan agama di
Asia Selatan dan Asia Tenggara karena kerap terjadi tumpang tindih interaksi
baik sastra tulis maupun lisan. Dalam pendahuluannya Ricci mengamati proses
transmisi sastra dalam kaitannya dengan terjemahan dan konversi agama,
bagaimana proses itu terhubung secara historis dan saling tergantung. Dalam
kerangka besar Islamisasi, Ricci mengawali dengan proses jaringan sastra dimana
menurut Ricci melalui sastra mampu menghubungkan dunia muslim melintasi batas
ruang dan budaya, serta jaringan itu menunjukkan kompleksitas pembentukan
identitas Islam lokal dan Islam global. Islamisasi menjadi proses berkelanjutan
di Asia Selatan dan Asia Tenggara melalui naskah sastra yang memainkan peran
penting dalam memperkenalkan orang-orang yang baru konversi ke Islam, sedangkan
sejarah, silsilah dan praktik keagamaan menegaskan pada mereka yang telah
menjadi Umat.
Ricci
memandang konvensi agama membawa proyek besar pada penerjemahan dan penyebaran
teks terjemahan yang kemudian mendorong konversi lebih lanjut, bukan berarti
dilakukan penerjemahan kemudian orang konversi, namun dilihat dari penerjemahan
karya sastra. Proses ini dipahami dalam konteks dimana penyebaran Islam di Asia
Selatan dan Asia Tenggara yang notabene jauh dari wilayah Arab secara geografis
maupun kultural, namun peran Arab hadir dalam ide-ide kesucian yang terbawa
sebagai warisan dan ini yang bertahan jauh lebih lama melalui penggabungan
bahasa lokal dalam tingkat tertentu. Menurut Ricci, konversi berbeda dengan
islamisasi, dimana kisah 1000 pertanyaan
dianggap sebagai proses islamisasi, karena islamisasi menurut Ricci adalah
sebuah proses yang bertahap dan kompleks yang mengacu pada berbagai proses yang
mempengaruhi konteks sosial budaya dan sejarah, sedangkan konversi lebih pada
konotasi pilihan individu untuk pindah kesuatu agama berdasarkan alasan
teologis.
Ricci
melakukan pendekatan pada daerah tertentu di Asia Selatan dan Asia Tenggara
yang terhubung dan mengalami pertukaran budaya dalam proses Islamisasi, melalui
kisah seribu pertanyaan yang berasal
dari sumber Arab yang diterjemahkan dan diadaptasi ke dalam bahasa Jawa, Melayu
dan Tamil, sehingga Ricci dalam kajiannya menggunakan sumber-sumber primer yang
di produksi dari bahasa lokal. Hubungan antara India dan Nusantara yang
dipahami melalui literature merupakan minat khusus analisis Ricci dalam karya
ini. Ricci melihat cerita tentang guru agama dari Tamil dan India Selatan
banyak terdapat dalam literature melayu seperti Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Hang Tuah, dan Sejarah Melayu. Menariknya Ricci
menyebutkan dalam Hikayat Hang Tuah dan
Sejarah Melayu menyebutkan kisah
tentang rasul Islam yang datang ke Melayu dari pantai Ma’bar (nama Arab untuk
pantai Cowomandel), yang menurut Bayly mirip dengan cerita Wali Sanga di Jawa.
Rici
menekankan kontak, koneksi dan sirkulasi serta melihat interaksi sastra
berkelanjutan terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara sehingga menurut Ricci
melalui prespektif ini dapat dilihat kekayaan dan keragaman dunia yang dimiliki
umat Islam di seluruh wilayah tersebut. Ricci beranggapan bahwa konversi ke
Islam, penyebaran bahasa Arab dan penerjemahan bahasa Arab berasal dari teori
yang lebih awal lagi yaitu mengenai pemahaman bahasa Sansekerta di wilayah Asia
Selatan dan Asia Tenggara. Ini terlihat dari ditemukannya banyak Kavya (tulisan sastra) dan Prasasti
(media sebagai misi politik) di wilayah itu. Penggunaan bahasa Sansekerta tidak
bertahan di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, karena menurut Pollock bahwa
bahasa sansekerta tidak disebarkan oleh suatu agama, dilihat dari kavya yang dinilai sebagai fase baru
dalam sejarah budaya India yang tidak terikat dengan tradisi keagamaan tertentu.
Dalam kasus sansekerta dinilai mewujudkan hubungan antara kebudayaan dan
kekuasaan, sedangkan untuk bahasa Arab sangat dekat dengan Islam dan produk
budaya yang dihasilkan maupun bentuk kekuasaan terjalin erat dengan agama.
Ricci memfokuskan dimana bahasa arab
mempengaruhi bahasa lokal, dimana paling sering terjadi penggabungan dari pada
mengganti bahasa lokal menjadi bahasa Arab. Sehingga menurut Ricci,
kecenderungan untuk mengadopsi kosakata asing bukan hal baru di wilayah ini.
Kisah 1000 pertanyaan meriwayatkan
konversi dari yahudi ke Islam di Arab pada abad ke-7 yang (juga muncul dalam
bahasa Tamil, Jawa dan Melayu) di dalamnya mengkisahkan nabi Muhammad menjawab
banyka pertanyaan mencakup ritual, sejarah, keyakinan dan mistisme yang
diajukan oleh seorang pemuka agama Yahudi yang bernama Samud Ibnu Salam.
Menurut Ricci, kisah 1000 pertanyaan sebagai
paradigma untuk mempertimbangkan bagaimana hubungan penterjemahan dan konversi
telah terkait secara historis dan membantu membentuk dan menjaga bola
kosmopolis Arab di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Cerita mengenai 1000 pertanyaan mungkin memiliki judul
yang berbeda namun nama Samud menjadi
penanda penting, seperti dalam Suluk
Serat Samud dan Serat Samud menurut
Ricci merupakan penekanan bentuk lokal dari sebuah agama global dalam konteks
Jawa. Dari banyak informasi yang eksplisit maupun implisit dalam manuskrip
dapat memetakan peredasan kisah 1000
pertanyaan di Jawa selama dua abad (abad ke-17 sampai abad ke-19) yang
tidak hanya dikenal di Surakartta tapi juga dikenal disepanjang pantai utara
Jawa dan Cirebon ke barat sehingga kisah
1000 pertanyaan memiliki sirkulasi geografis yang luas.
Meskipun
Ricci dalam bukunya masih menanyakan seputar penerjemahan dan kisah 1000 pertanyaan ke dalam bahasa
Jawa namun ada kemungkinan pada awal beberapa kisah diterjemahkan langsung dari
bahasa Arab dari pada Persia dan Melayu. Hal ini nampak pada pertanyaan-pertanyaan
seperti “mengapa ada anak yang mirip ayah sedangkan yang lain mirip ibu”
merupakan pertanyaan umum dalam kisah
1000 pertanyaan yang banyak ditemukan dalam bahasa Jawa dan bahasa Arab,
nemun tidak dalam bahasa Tamil dan Melayu. Sebuah naskah Arab dari abad ke-18
yang ditemukan di Batavia dalam hal isi memiliki jumlah pertanyaan 1404
sedangkan dalam bahasa Persia, Tamil dan Melayu tetap memiliki jumlah konsisten
1000 pertanyaan, Ali dalam bahasa Arab dan Jawa disebutkan sebagai orang Yahudi
namun dalam cerita berbahasa Melayu jarang disebutkan.
Ricci
melakukan analisis secara linguistik dan menemukan bahwa dalam naskah Jawa
dapat diidentifikasikan pada 2 keluarga tekstual, naskah Jawa memiliki urutan
tembang yang identic (macapat) dan
topik yang sama muncul pada setiap awal tembang baru, menunjukkan bahwa
pertanyaan dan jawaban perdebatan Samud dan
Muhammad mengikuti pola garis yang mirip. Kisah
1000 pertanyaan tentu saja berasal dari Arab baik secara langsung maupun
tidak dan menyebar dalam bahasa Jawa, Melayu dan Tamil sehingga memperkenalkan
banyak kata-kata Arab, ekspresi dan kutipan dengan menyertai terjemahan maupun
interpretasi. Walau ditulis dalam bahasa Jawa namun beberapa kata Arab tidak
terwakili dalam bahasa Jawa, sebagai contoh : sebuah tanda kecil diatas huruf
jawa ng menandakan ain sehingga ngibrani dibaca Tbrani (Ibrani). Contoh itu menunjukkan bahwa pola
sistem menyalin kata Arab sudah dikenal sejak abad ke-17 atau awal abad ke-18
ketika naskah itu ditulis, sehingga ada kesadaran beberapa kosakata dalam
bahasa Arab dijaga secara otentik, tidak dapat dilokalkan.
Ricci
menggunakan naskah Samud Leiden
sebagai dasar dalam menilah perubahan dalam tradisi kisah 1000 pertanyaan di Jawa. Naskah samud Leiden ini tidak memiliki judul dan penanggalan yang spesifik
namun jika dilihat dari bukti linguistic, ortografi dan metrik kemungkinan
diproduksi pada awal abad ke-18 atau sebelumnya. Dalam Samud ini menceritakan Ali seorang Yahudi yang datang berkonsultasi
pada Samud Ibnu Salam tentang Muhammad dan Islam, kemudian Samud merangkai 1404
pertanyaan berdasarkan Taurat apabila Muhammad bisa menjawabnya maka Samud dan
pengikutnya akan konversi. Pertanyaan seperti mengapa Islam harus puasa 30
hari? Mengapa harus solat 5 waktu? Mengapa harus berwudlu? Dalam jawabannya
semua dikaitkan dengan Adam yang melakukan kesalahan kemudian harus menebusnya
di dunia. Dalam konteks awal Samud, kemudian
terdapat pengulangan pada focus tindakan Adam yang dinilai mewakili semua
manusia dan merupakan model untuk manusia harus atau tidak harus berperilaku
dalam kaitannya bagaimana hubungan manusia dengan tuhan.
Dalam
kisah 1000 pertanyaan selanjutnya di
Jawa, pertanyaan biasanya membahas bagaimana dan mengapa seorang anak mirip
ayah atau ibunya?, bila mirip ibunya maka dikarenakan ibunyalah yang memiliki
keinginan kuat memiliki anak (begitu pula sebaliknya). Keinginan perempuan
dalam hal anak akan menghasilkan anak yang rentan penyakit sementara keinginan
kuat laki-laki diramalkan akan melahirkan anak yang kuat dan takut kepada
Allah, tentunya menurut Ricci ini menghasilkan spekulasi genetic dan juga
pemetaan relasi gender. Dari kontur awal
kisah 1000 pertanyaan di Jawa maka
Ricci akan membahas 2 naskah yaitu Serat
Suluk Samud Ibnu Salam di perpustakaan Sonobudoyo (1898) dan Serat
Samud di Pura Pakualaman (1884). Hubungan dari kedua naskah ini memiliki
kemiripian secara tekstual dengan 8 tembang dalam Serat Suluk Samud dan 15 tembang dalam Serat Samud. Menariknya kedua naskah menyajikan topic yang sama
dalam beberapa pupuh tetapi dalam jenis tembang yang berbeda, sebagai contoh :
menggambarkan proses pembentukan oleh Tuhan sebagai kun dalam Serat Suluk Samud dengan
Gambuh sedangkan dalam Pangkur untuk Serat
Samud. Dalam penggambaran kematian ada dalam Megatruh di Serat Suluk Samud tapi Asmaradana dalam serat samud. Contoh itu menyajikan sebuah bentuk penerjemahan puisi
dimana topic tetap sama namun berbeda dalam tampilan penyampaian pada jenis
tembang, yang membuat perubahan suasana hati, penekanan atau asosiasi.
Ricci
tentu saja memiliki value tersendiri
dalam misinya mempelajari kisah konversi Yahudi ke Islam dari latarbelakangnya
sebagai seorang Yahudi. Kedekatan secara emosional dan intelektual Ricci dengan
tema konversi Yahudi tentu saja terlihat dalam bukunya. Ricci ingin
menyampaikan moral judgment bahwa
sastra dalam hal ini kisah konversi agama yang berasal dari Arab mampu hadir
dalam kaitannya dengan proses penerjemahan dan dari hasil penerjemahan itu
kemudian menghasilkan proses konversi lebih lanjut. Dari sastra, agama bisa
masuk dan melebur dengan kebudayaan lokal membentuk bola kosmopolis di wilayah
Asia Selatan dan Asia Tenggara. Namun Ricci membatasi diri hanya dalam kajian
linguistic mengenai penerjemahan kisah
1000 pertanyaan dalam berbagai bahasa (Jawa, Melayu dan Tamil) dalam proses
Islamisasi. Teori dan Metodologi yang digunakan oleh Ricci dalam bukunya
menurut saya menggunakan teori linguistik dalam mengkaji naskah-naskah dengan
mengkomparasikan beberapa naskah tentang kisah
1000 pertanyaan di Jawa, Arab dan Melayu, yang pada bagian 3 membandingkan Serat Suluk Samud dengan Serat Samud. Ricci ingin menjelaskan
bagaimana kosmopolis Arab hadir di Asia Selatan dan Tenggara salah satunya dari
proses penerjemahan naskah kisah 1000
pertanyaan.
Post a Comment