“The Tale of the Skull An Islamic Description of Hell in Javanese” Karya: CLARA BRAKEL-PAPENHUYZEN
Nama : Mawardi Purbo Sanjoyo
NIM : 13/352450/PSA/07495
Mata Kuliah : Historiografi
Hubungan
antara Melayu dan Jawa sudah sejak lama terjalin. Jalinan hubungan tersebut
tidak hanya dalam bidang-bidang yang menyangkut kekuasaan semata tetapi lamanya
hubungan tersebut terjalin juga berpengaruh pada karya sastra yang berkembang
di Melayu maupun Jawa. Konsep penulisan karya sastra di dua wilayah tersebut
didasarkan pada hal yang sama yaitu merupakan cerita mengenai hal-hal yang
bersifat mistik atau tidak logis, maka tidak mengherankan menjadi sebuah
kesulitan tersendiri dalam menginterpretasi karya sastra tersebut. Kesulitan
ini disebabkan adanya kekaburan fakta dalam menjelaskan peranan serta proses
sejarah. Karya sastra dibuat dipengaruhi oleh budaya masyarakatnya dan jiwa
zaman ketika karya sastra itu dibuat. Clara Brakel-Papenhuyzen yang meneliti
beberapa karya sastra Jawa kemudian menguraikan bagaimana masyarakat Jawa
memahami mengenai neraka. Pada konteks ini Clara Brakel-Papenhuyzen mendasarkan
pada Serat Pathak dan Serat Centhini.
Serat
Pathak dan Serat Centhini menggambarkan tujuh tingkatan di neraka. Neraka Jahannam disediakan secara
khusus untuk pengikut Nabi Muhammad yang melakukan kejahatan dan tidak
melaksanakan perintah Syari’at agama. Neraka yang ketiga merupakan tempat bagi
yahudi kafir dengan pengikutnya, kafir Nasarani berada di neraka yang
lain. Api dan panas adalah karakteristik utama
dari neraka, yang terbuat dari tembaga dan timah panas yang mendidih. Kemudian
keluar seekor ular besar dengan mata seperti dua matahari. mendesis
dengan keras itu menyiksa terus menerus selama ribuan tahun. Diceritakan pula
mengenai percakapan seseorang raja Syria yang mendapat siksa di neraka
dia meminta ampun kepada Tuhan karena ketika orang itu masih hidup dia tidak
menjalankan perintah Tuhan dengan baik. Secara singkat karya tersebut mengingatkan kepada pembacanya
untuk tidak terlena terhadap kehidupan dunia, karena kelak ketika orang sudah
meninggal hukuman yang berat di neraka akan diberikan kepada orang yang hanya
cinta kekayaan duniawi saja tanpa mengisi bekal untuk kehidupan sesudah mati,
yaitu amal yang baik dalam menjalankan perintah agama.
Clara Brakel-Papenhuyzen
menjelaskan Serat Pathak merupakan karya
sastra Jawa yang bernuansa Islam, tetapi unsur kebudayaan pra-Islam masih
terdapat dalam karya tersebut. Anggapan tersebut didasarkan pada gambaran
mengenai pemurnian berdosa dalam api neraka yang membuktikan bahwa konsep ini
telah diadopsi dalam budaya Jawa jauh sebelum munculnya Islam. Konsep ini dapat
ditemukan dalam salah satu naskah Jawa dalam karya sastra yang bernuansa
Buddhis yaitu kitab Kunjarakarna Dharmakathana. Kitab ini ditulis pada masa
Singhasari dan digunakan sebagai media pendidikan bagi penganut Budha pada masa
itu. Keterkaitan konsep yang ada di dalam karya sastra pra-Islam dan masa Islam
memberikan sebuah pandangan mengenai kebudayaan yang terus berkembang pada masa
Islam tidak meninggalkan kebudayaan yang lama. Konsep inilah yang secara tidak
disadari terus berkembang pada masyarakat Jawa. Hal ini juga menarik untuk
diperhatikan bagaimana sebuah kebudayaan yang lama mampu bertahan dalam jiwa
masyarakat Jawa ketika pengaruh Islam datang dan membaur dengan kebudayaan yang
ada.
Post a Comment