Header Ads

MAHAN DI MEJA BACA HINDIA

Nama   : M. Ma'arif Rakhmatullah

NIM  : 353765/PSA/7531

Mata Kuliah : Historiografi

Saya akan melakukan review artikel dengan judul "Mahan di Meja Baca Hindia" yang ditulis oleh Van Leur (selanjutnya akan saya sebut sebagai penulis) dari buku yang berjudul "Sekitar Sedjarah Kolonial dan Sedjarah Indonesia, Sedjarawan dan Pegawai Bahasa" oleh W.PH.Coolhaas diterbitkan tahun 1971 oleh Bharatara.

Saya melihat penulis menyampaikan tulisannya dalam bentuk deskriptif-analitis. Dikatakan demikian bahwa dia tidak hanya menjelaskan peristiwa begitu saja, tetapi juga terdapat analisis yang mendukung pernyataannya tersebut. Sebagai sebuah tulisan sejarah  artikel ini juga terlihat menampilkan penjelasan yang cukup kronologis dengan adanya perkembangan dari waktu ke waktu. Dimana di dalamnya mengandung makna dari  peristiwa yang terjadi selama rentang tahun tersebut.

Tulisan Van Leur ini merupakan bentuk kritikannya terhadap tulisan dari Dr. Verhoeven mengenai VOC yang dibentuk untuk memenangkan persaingan dagang dengan Spanyol dan Portugis. Jadi VOC hanya diartikan sebagai perwakilan dagang yang dalam perkembanganya juga menunjukan eksistensinya sebagai angkatan perang. Namun, menurut Van Leur dari sejak awal ekspedisi VOC ke  Indonesia memang lebih terlihat sebagai sebuah angkatan perang daripada perwakilan dagang. Dilihat dari sudut pandang penulis, Van Leur merupakan sejarawan yang juga pernah mengabdikan hidupnya sebagai anggota dari angkatan laut Belanda. Tampaknya latar belakang hidupnya tersebut cukup mempengaruhi pendapatnya dalam tulisannya ini. Dari pernyataan ini sudah tercermin bahwa dalam sebuah perkembangan ilmu pengetahuan terjadi saling memberikan kritik adalah hal yang biasa dilakukakan demi munculnya teori atau fakta baru, tentu dengan catatan kritikan tersebut sesuai kaidah ilmiah yang jelas.

Penulis disini menggunakan teori Mahan untuk memberikan deskripsi mengenai bagaimana VOC sebagai sebuah angkatan perang di laut yang besar antara tahun 1602-1641. Menurut penulis, tugas VOC setelah tiba di Indonesia yaitu untuk menjaga jalur laut yang menghubungkan wilayah penghasil rempah-rempah di Indonesia dengan pemerintahan pusat di Belanda. Apakah ini dapat diartikan bahwa VOC telah membentuk perwakilan atau kantor dagang yang tersebar disepanjang jalur pelayaran mereka dari Indonesia sampai ke Balanda? Asumsinya bisa jadi hal ini telah dilakukan mengingat persaingan dagang semakin ketat, sebab tak jarang banyak pelaut dari bangsa lain "mencuri" rute yang sama untuk sampai ke wilayah penghasil rempah-rempah, sehingga perlu adanya penjagaan. Jika hal tersebut benar telah dilakukan oleh VOC berarti menunjukan kemajuan dalam bentuk pengorganisasian yang cukup baik dari sebuah kekuatan laut. Tentu, logikanya untuk menjaga jalur yang panjang itu perlu kekuatan angkatan laut yang besar pula.

Penulis memberikan pernyataan bahwa kerajaan-kerajaan yang ada di timur menjadi penting untuk ditaklukan oleh VOC daripada menaklukan Portugis di Malaka, mengapa demikian? Asumsinya Malaka bisa jadi hanya sebagai tempat transit atau berdagang komoditi yang diperlukan bangsa Eropa terutama rempah-rempah, sedangkan komoditi tersebut sebagian besar dihasilkan dari kerajaan-kerajaan yang ada di timur. Maka bisa jadi pihak VOC kemudian berpikir untuk menjalin kerjasama langsung dengan kerajaan-kerajaan penghasil komoditi tersebut. Selain akan mendapatkan harga yang lebih murah, peluang untuk menguasai perdagang tampaknya dilihat VOC sebagai sesuatu yang menggiurkan dan akan melipatgandakan keuntungan mereka.

Setelah kedatangan VOC di wilayah kerajaan-kerajaan timur penghasil komoditi rempah, maka pertanyaan selanjutnya apakah mereka dengan mudah akan diterima oleh pihak kerajaan tersebut? asumsinya bisa jadi pihak kerajaan-kerajaan di timur tersebut pada awalnya menolak kehadiran mereka. Penyebabnya tentu sebelumnya telah memiliki pengalaman pahit dengan Spanyol dan Portugis yang ingin memonopoli perdagangan rempah sehingga menjadi semacam ingatan sejarah bagi mereka. Jika memang demikian adanya, maka memunculkan pertanyaan kembali bagaimana strategi Belanda agar dapat diterima serta menjalin kerjasama perdagangan rempah-rempah dengan kerajaan-kerajaan tersebut? Asumsinya bisa jadi Belanda belajar dari kesalahan sebelumnya yang dilakukan oleh Portugis maupun Spanyol, sehingga menggunakan pendekatan yang lebih mencerminkan sebagi pedagang bukan sebagai kolonisator. Tampaknya penjelasan mengenai hal tersebut tidak dijelaskan dalam artikel ini.

Perlawanan VOC terhadap Portugis menurut penulis tidak berhenti begitu saja setelah mengusai Malaka tetapi juga Ceylon dan Goa, maka bagi saya ini menimbulkan pertanyaan yaitu apa keistimewaaan kedua wilayah tersebut? asumsinya bisa jadi keduanya merupakan wilayah Portugis di India yang posisinya penting selain Malaka, sehingga VOC ingin benar-benar mengusir keberadaan Portugis dan mengambil alih kedudukannya di wilayah tersebut. Seperti dikatakan penulis bahwa titik masalah berada pada kekuatan tokoh-tokoh timur dalam  hubungan segitiga antara VOC-Portugis-kerajaan di timur, lantas siapa sebenarnya yang  dimaksud penulis mengenai tokoh-tokoh dari timur tersebut? mengapa dianggap penting oleh kedua bangsa Eropa kersebut? asumsinya tokoh yang dimaksud adala raja dari kerjaan-kerjaan yang ada di timur, dimana tokoh tersebut memiliki kekuasaan untuk menjual rempah-rempah kepada bangsa Eropa tersebut.

Penulis mengatakan bahwa Jakarta dipilih VOC sebagai pusat kedudukan mereka di Indonesia. Maka, timbulah pertanyaan mengapa mereka membuat markas di Indonesia? asumsinya bisa jadi jarak yang jauh dengan negeri Belanda tampaknya membuat mereka berpikir untuk mendirikan kantor dagang sekaligus markas angkatan perangnya di Indonesia guna menghadapi musuh. Hal yang menarik adalah mengapa dipilih Jakarta sebagai pusatnya? Asumsinya Jakarta sebagai wilayah yang memliki pelabuhan cukup baik dan berdekatan dengan Banten sebagai penghasil lada bisa jadi pertimbangan ekonomi bagi Belanda. Secara geografis, Jakarta cukup strategis untuk dikembangkan sebagai sebuah wilayah pemerintah VOC di indonesia. Letaknya berada di tengah jalur perdagangan ke Maluku maupun ke Malaka dan ini tentunya sangat ramai dilalui oleh para pedagang.  

Pelayaran VOC ke Indonesia tampaknya mendapat pengaruh agama Protestan yang mempengaruhi ideolog politik mereka. Hal ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana perkembangan agama Protestan pada abad XVII di Belanda? Asumsinya bisa jadi sebagian besar elit atau mereka yang berkedudukan dalam pemerintahan merupakan penganut agama Protestan. Selanjutnya bisa jadi tidak hanya memiliki tujuan untuk berdagang tetapi juga ada semangat untuk menyebarkan agama protestan ke dunia yang baru mereka kenal.

Saya ingin menyoroti pendapat penulis bahwa VOC dijalankan secara konsekwen maupun efisien daripada perwakilan dagang Portugis dan Spanyol. Lantas, keunggulan efisien dan konsekwen yang seperti apa? Terus, bagaimana upaya agar tercipta sistem yang efisien tersebut? Asumsinya VOC sendiri dalam perkembangnnya mengalami kemunduran akibat sebagian pola kehidupan pegawainya yang mewah serta banya korupsi. Mengenai masalah ini penulis juga tidak menjelaskannya secara detail.

Kekuatan angkatan perang VOC tentunya berada pada kapal-kapal perang mereka. Tetapi, dalam artikel ini penulis juga tidak mendeskripsikan dengan baik mengenai hal tersebut, seperti jenis-jenis kapal yang dipakai serta bagaimana mereka lihat kapal-kapal yang ada di Indonesia. Apakah dalam perkembangnnya terjadi proses saling mempengaruhi diantara keduanya, tampaknya perlu penelitian yang lebih lanjut.

Menurut saya artikel ini belum menampilkan bagaimana latar belakang dibentuknya VOC tersebut, siapa-siapa yang boleh menjadi pegawainya serta tujuan apa yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Hal ini saya rasa penting apabila penulis menampilkan juga di bagian awal sebagai pengetahuan sebelum memasuki inti dari mengenai kekuatan VOC di Indonesia. Penulis dalam artikel ini terlihat menonjolkan mengenai keberhasilan serta kekuatan VOC di Indonesia, akan tetapi saya lihat penulis juga belum menampilkan bagaimana kesulitan-kesulitan awal perkembangan VOC di Indonesia.

Diakhir artikel tampaknya ada pesan yang ingin disampaikan oleh penulis, bahwa setelah VOC berhasil memonopoli perdagangan rempah-rempah serta menancapkan kekuasaanya di Indonesia, pelayaran serta perdagangan bebas di Indonesia menjadi terkungkung dalam monopoli VOC. Dalam perkembangannya, militerisme di darat lebih dilihat VOC sebagai hal yang penting untuk dikembangkan, sehingga berakibat pada kekurangan menyoroti kekuatan laut.

No comments

Powered by Blogger.